29.8.08

Tingkat kecerdasan

Pemahaman diri masing-masing pribadi biasanya diarahkan pada kecerdasan yang menonjol/dominan pada dirinya. Misal: (1) orang logis matematik, memandang dirinya secara analitis. (2) orang linguistik, memandang diri/mendefinisikan diri dengan kata-kata (3) orang kinestetik, merasakan realita pada tulang belulang melalui gerak tubuh. Sebuah kekeliruan apabila kita menilai orang lain melalui kebiasaan atau kecerdasan bawaan yang sama dengan diri kita. Hal ini menyalahi/tidak sesuai dengan “teori kecerdasan majemuk yang validasi tertingginya adalah perbedaan individu.

Pernah suatu ketika, saya mengenali suatu karakter individu yang cenderung kinestetik dan sedikit linguistik. Ada hal yang saya coba pelajari dari dirinya saat dimana saya harus memposisikan diri untuk lebih mengerti dan memahami perilakunya. Memang terkesan dipaksakan,...tapi setidaknya saat itu saya berpikir bahwa apa yang saya lakukan adalah untuk memperkaya diri dengan mencoba untuk menjadi sebuah `batu` yang lambat tapi pasti akan meng-kristal. Mungkin saat itu dirinya tak menyadari telah menjadi sebuah `batu` yang lambat tapi pasti akan berlumut dan menjadi rapuh dan hancur lebur. Setidaknya juga saya telah belajar memahami perbedaan karakter individu. Saat itu saya menggunakan kecerdasan matematik yang sedikit analitis.

Setidaknya selama 5 tahun berproses dikampus, ada beberapa karakter orang yang saya kenali diantaranya : kebiasaan ngopi (katanya nafas persahabatan), ngumpul bareng (lebih kerennya disebut HangOut), tinggal dikampus (sedikit kerennya disebut aktivis kampus), hunting pacar/odo-odo (ialah raja nyewet/peng-odo setia), terbiasa dengan kata-kata kotor (sebut saja Pacalla`), sering diskusi (uniknya disebut aktualisasi diri/onani intelektual), kajian di mushollah (disebut aktivis Islam), naik gunung/nge-camp dipantai (kadang pelepas jenuh) dan beberapa komunitas lain yang cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya (yang kadang juga melakukan sebuah pembenaran komunitas).

Setidaknya ada beberapa hal baik dan buruk yang saya temui selama bergaul dengan mereka. Tidak hanya berada pada dominasi linguistik, kinestetik ataupun visualistik. Saat ini saya hanya lebih cenderung menggunakan kecerdasan analitik/matematik. Hal yang harus diingat bahwa : jangan terlalu cepat memberikan penilaian terhadap `apa-apa` yang didengar, dilihat dan dirasakan. Sungguh naif jika itu terjadi...